Tuesday, September 7, 2010

DUNIA INI KEJAM

Suatu hari saat mengisi pelajaran di STM, saya ajukan sebuah pertanyaan kepada anak-anak kelas 2.
"Menurut kamu, apa harapanmu selulus sekolah? Kamu ingin mendapatkan gaji atau penghasilan berapa per bulan?"

yang membuat saya terhenyak sebagian besar jawaban mereka adalah mau penghasilan Rp1 juta sampai dg Rp 2 juta. Uang segitu sudah sangat besar bagi mereka. Padahal hidup di jaman ini, ahh gak cukup dengan segitu. Apalagi kalo di kota besar. Untuk makan saja satu hari minimal Rp 10 rb itupun hanya dengan tempe atau telur separo. So, untuk makan saja tidak cukup.

Tidak salah anak-anak seusia SMA berpendapat seperti itu. Ada beberapa alasan yang membuat mereka berpikir uang segitu sudah cukup untuk hidup.

Salah satunya "pikiran yang belum terbuka akan wacana baru". Dunia ini kejam oiii. Yang nggak kuat hidup akan tergilas jaman. Yang nggak kuat hidup dalam persaingan dunia kerja, wah akan kalah juga. Sistem kerja sekarang banyak yang menggunakan sistem kontrak. Waoo itulah hebatnya para konglomerat perindustrian kita. Selalu ada cara untuk mencari pendapatan yang banyak.

So, jangan salahkan dunia yang kejam ini.

Tapi mari berlatih membuka wacana baru, mempersiapkan diri menghadapi kejamnya dunia. Membuka pikiran baru tentang alternatif untuk mendapatkan penghasilan yang lebih manusiawi, yang tidak hanya sekedar cukup untuk buat makan saja.

3 comments:

  1. Memang, apalagi perbedaan antara kota besar dan kota kecil. Kalau 5 ribu makan di desa sudah bisa, meski ala kadanrya. Di kota, 5 ribu entah bisa dapat apa?
    Selain kerja, apa ga banyak ya yang bermimpi menjadi pengusaha?

    ReplyDelete
  2. Mungkin memang dunia ini kejam, tapi itu adalah keadaan, dan tidak bisa kita menyalahkannya, jangan sampai kita tertekan olehnya, kita lah yang harus pandai menyikapi keadaan itu, supaya bisa bertahan hidup di dunia (yang kejam) ini.

    ReplyDelete
  3. Justru dibutuhkan kesadaran adanya keberadaan "dunia yang kejam". Orang harus bangkit dari keterpurukan atau juga bangun dari mimpi-mimpi yang panjang. Bertindak dan mengoptimalkan kapasitas diri. Pilihan selalu ada di tengah kejamnya dunia ini. Tinggal kita ambil kapan.

    ReplyDelete